A. Letak Geografis
1. letak / posisi dan ketinggian
|
Juru kunci merapi adalah orang yang membantu dalam upacara ke agamaan yang diadakan oleh kraton Yogyakarta yang di pilih oleh Sri Sultan. Sejarah keberadaan juru kunci Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta tidak begitu jelas asal-usulnya, kapan mulai ada juru kunci tersebut Namun menurut Lucas Sasongko Triyoga, sejarahwan Universitas Gadjah Mada, terdapat dua versi yang beredar di kalangan abdi dalem Keraton Yogyakarta Hadi-ningkrat di bawah pimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I tentang keberadaan juru kunci Gunung Merapi, khususnya yang melaksanakan upacara Labuhan ke Merapi.
Gunung Merapi yang disebut-sebut paling aktif di dunia telah mengalami le-tusan-letusan kecil berulang kali. Terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letus-an-lctusan Merapi yangdampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letus-annya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang, situ Borobudur tenggelam. Letusan pada November 1994 menyebabkan embus-an awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
Catatan letusan terakhir gunung ini adalah padatahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Mbah Maridjan kini telah tiada. Keraton Yogyakarta pun berniat mencari pengganti kakek yang namanya sangat terkenal itu. Siapa penggantinya? Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku belum menunjuk siapapun. Namun pria yang kini menjadi Gubernur DIY itu.
Sultan menyatakan rasa duka citanya terhadap korban letusan Gunung Merapi. Menurutnya, bencana gunung meletus adalah peristiwa alam yang bisa diprediksi. "Asal warga manut sama ahlinya (pemerintah-£ed) maka tidak akan ada korban," katanya.
Mbah Maridjan memiliki nama Raden Ngabehi Surak-so Hargo (Penjaga Gunung) ditemukan tewas dalam posisi bersujud di rumahnya. Jenazahnya dikenali salah satunya dari baju batik dan kopiah yang dipakainya. Saat ini jenazah Mbah Maridjan masih berada di RS Dr Sardjito, Yogyakarta. Hasil tes DNA jenazah dikirim ke Jakarta.
Masyarakat mengenal sosok Mbah Maridjan sebagai juru kunci atau kuhcen Gunung Merapi. .Namun Sri
Sultan Hamengku Buwono X justru menyebut, pria yang ikut menjadi korban awan panas Merapi itu bukanlah juru kunci Gunung Merapi. "Mbah Maridjan bukan juru kunci Gunung Merapi, tapi juru kunci keraton untuk sebuah upacara di Gunung Merapi," kata Sultan usai menghadiri rapat koordinasi di posko utama Pakem, Sleman, Yogyakarta, Rabu (27/10).
"Ya sudah, Inna lillahi, mau gimana lagi?" katanya Sultan mengaku terakhir bertemu dengan Mbah Maridjan pada upacara Syawalan beberapa waktu lalu. Namun dirinya tidak meminta Mbah Maridjan turun seperti saat letusan 2006 silam. "Ya terakhir pada 2006 lalu, Sultan meminta Mbah Maridjan turun," katanya.
Sebagai juru kunci Ke-raton untuk upacara-upacara di Gunung Merapi. Dulu, Mbah Maridjan selalu melapor kepada Sultan Hamengkubuwono IX setiap kali ada sesuatu di Gunung Merapi. Tetapi sekarang ini ia tak pernah melapor lagi kepada Keraton Yogyakarta, meski ada ancaman meletusnya gunung teraktif di dunia itu.
Keberadaan juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo sempat menjadi tanda tanya saat meletus pada 26 Oktober 2010. Mbah Maridjan lahir pada 1927 di Desa Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman dan mempunyai beberapa anak. Yakni, Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang. Menjadi juru kunci pada 1970 atas amanah Sultan HB IX. Setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.
3. Foto-foto para juru kunci Merapi
4. Aktivitas gunung merapi
Jakarta, 26/10 (ANTARA) – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Selasa (26/10) menyatakan Gunung Merapi meletus sejak pukul 17.02 WIB dengan mengeluarkan awan panas.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kementerian Sumber Daya Mineral di Kantor BPPTK, Surono mengungkapkan, letusan ditandai dengan suara gemuruh pada pukul 18.45 WIB dengan dentuman sebanyak tiga kali.
Menurut Surono, dari pos pengamatan di kawasan Selo, nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 kilometer dari puncak gunung.
Energi letusan Merapi kali ini cukup besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa di tahun sebelumnya seperti tahun 2006.
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.
Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1.700 meter. Bagi masyarakat sekitar, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Seperti dikutip dari Wikipedia, Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.
Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Selo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak.
Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pada 8 Juni 2006, pukul 09.30 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Pada tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.
5. Dampak Gunung Merapi
Dampak positif :
1. Debu vulkanik dapat menyuburkan tanah dalam waktu beberapa tahun kedepan. Itu lah mengapa Indonesia termasuk daerah subur. Salah satu faktornya yaitu adanya gunung api.
.
2. Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal ato panas bumi yg sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
.
3. Sisa2 aktivitas gunung api dapat menghasikan bahan2 tambang yg berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan laen-laen.
Dampak negatif :
Kalo sisi negatifnya itu diakibatkan karena dampak yg ditimbulkannya pada manusia dan makhluk hidup laennya.
Letusan gunung api dapat menyebabkan banyak korban jiwa.
Kalo letusannya dahsyat, debu vulkaniknya dapat menutupi atmosfer seperti pada letusan gunung Tambora dan Krakatau.
Letusan gunung api dapat menyebabkan banyak korban jiwa.
Kalo letusannya dahsyat, debu vulkaniknya dapat menutupi atmosfer seperti pada letusan gunung Tambora dan Krakatau.
6. Syarat-syarat menjadi juru kunci
Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan bahwa tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi bukan hanya didasarkan pada sebuah keyakinan, namun juga logika.
"Juru kunci seharusnya adalah sosok yang bisa menyeimbangkan antara hati dan kepala, bukan hanya seseorang yang mendasarkan pada keyakinan semata," kata Surono di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, logika berpikir realistis harus menjadi salah satu syarat bagi juru kunci Gunung Merapi, mengingat adanya sebuah contoh yang memilukan pascaletusan 26 Oktober.
"Juru kunci adalah sosok yang harus nurut dengan orang yang mengangkatnya," katanya.
Juru kunci Gunung Merapi adalah abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sehingga diangkat secara langsung oleh raja.
Pada letusan Selasa (26/10), tragedi memilukan terjadi karena salah satu korbannya adalah juru kunci Mbah Maridjan yang telah mengabdikan sebagian umurnya untuk menjaga gunung tersebut.
Sosok yang telah cukup lekat sebagai orang yang mendapatkan tugas untuk menunggu Gunung Merapi tersebut ditemukan meninggal dunia dalam posisi sujud di rumahnya, satu hari pasca letusan.
Dusun tempat tinggalnya, yaitu Kinahrejo juga hancur diterpa awan panas yang berdurasi cukup lama, bahkan dua luncuran awan panas tersebut masing-masing berdurasi sekitar 30 menit.
Sri Sultan Hamengku Buwono X belum berpikir untuk menentukan pengganti Mbah Maridjan karena masih fokus menangani pengungsi Merapi.
Ia mengatakan, penggantian juru kunci Gunung Merapi tersebut adalah urusan internal keraton, apalagi upacara ritual di Gunung Merapi masih akan diselenggarakan tahun depan.
PVMBG menyebut bahwa energi yang dimiliki oleh Merapi tersebut tiga kali lebih besar dibanding energi tiga erupsi sebelumnya, yaitu pada 1997, 2001 dan 2006.
Hingga Minggu (31/10), Gunung Merapi telah tiga kali meletus secara eksplosif dengan memuntahkan awan panas dan juga abu vulkanik yang mengandung silica dan sulfur..(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar